Budaya Yang Mendorong Kemajuan dan Menyebabkan Kemiskinan - Ukhy Knowledge

Tuesday 5 May 2015

Budaya Yang Mendorong Kemajuan dan Menyebabkan Kemiskinan

By: Andi Andreansyah, Ikhalid Rizqy al raihan, Ahmad Fahruddin, Fandi Ardiansyah , Ramadhana Allifa, Yoga Arif, Dedi Darmawan, Ilham Fikri, Luqni Maulana
BAB I
PENDAHULUAN
1.         Latar Belakang

Budaya memang sangat penting bagi kelangsungan hidup pada masa modern ini. Semua segi dari kehidupan saat ini dipenuhi oleh budaya, mulai dari barat hingga timur semuanya berbudaya. Namun seiring dengan perkembangan zaman banyak orang yang tidak mau menggunakan budaya, dengan alasan budaya saat ini membawa keburukan.
Hal di atas hanyalah salah satu pandangan beberapa orang saja. Seharusnya ketika memandang semua masalah harus dilihat secara menyeluruh atau secara total, karena pada hakikatnya suatu hal itu mengandung hal yang positif dan hal yang negatif
Untuk lebih lanjutnya, kami akan menjelaskan dalam makalah ini yang berjudul budaya yang mendorong kemajuan dan budaya yang menyebabkan kemiskinan.

2.         Rumusan masalah
1.         Mengetahui Pengertian Kebudyaan.
2.         Mengetahui hal-hal yang memepengaruhi budaya sehingga mendorong kemajuan.
3.         Apa yang menjadi faktor sehingga budaya menyebabkan kemiskinan?








BAB II
PEMBAHASAN

1.         Pengertian Kebudayaan
            Kebudayaan berasal dari bahasa belanda yaitu cultuur yang dalama bahasa inggrisnya culture yang berasal dari bahasa Latin “Colere” yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan. Dari sudut bahasa Indonesia kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang bararti budi atau akal.
            Pendapat lain mengatakan, bahwa “budaya” adalah sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi, karena itu mereka membedakan budaya dengan kebudayaan. Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa. Kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa tersebut.
            Prof. M.M Djojodiguno dalam bukunya “Asas-asas Sosiologi (1958) mengatakan bahwa kebudayaan atau”budaya” adalah dari budi, yang berupa cipta, karsa dan rasa.
•           Cipta: keinginan  manusia untuk mengetahui rahasia segala hal yang ada dalam pengalamannya,yang meliputi pengalaman lahir dan batin. Hasil cipta berupa berbagai ilmu pengetahuan.
•           Karsa :keinginan manusia untuk mengetahui dari mana manusia sebelum lahir dan kemana manusia sesudah mati. Hasilnya berupa norma-norma keagamaan / kepercayaan.
•           Rasa : keinginan manusia akan keindahan sehingga menimbulkan dorongan                                                 untuk menikmati keindahan. Hasilnya berupa bermacam kesenian.
            Kebudayaan menurut ilmu antropologi adalah keseluruhan sistem gagsan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
            Maka dapat disimpulkan kebudayaan adalah hasil buah budi manusia  untuk mencapai kesempurnaan hidup, segala sesuatu yang diciptakan manusia baik yang kongkrit maupun abstrak.

2.         Konteks budaya mendorong kemajuan
Kemajuan dan perkembangan yang hanya terbatas pada kemajuan material saja akan menimbulkan kepincangan pada kehidupan manusia. Hidup mereka kurang sempurna, berat sebelah dan batin mereka akan kosong. Akibatnya tidak akan memperoleh ketentraman dan ketertiban hidup, melainkan justru dapat lebih merusak. sifat kebersamaan dan tenggang rasa akan hilang karena sagala tindakan manusia akan diperhitungkan seberapa besar tindakan itu menguntungkan dirinya sehingga rasa kemanusiaan akan lenyap karena persaingan hidup sesama manusia.
Sebagai penentu kemanusiaan akal dan budi pasti selalu menuntut suasana yang menggambarkan dijaminnya kemanusiaan tersebut. Wujudnya ialah suatu suasana kehidupan yang ditaburi oleh rasa kasih antara anggota masyarakat sebagai sesama makhluk ciptaan Tuhan, suatu kehidupan yang damai, tentram, dan bebas dari rasa takut akan pihak lain.
Di satu sisi akal dan budi selalu mengajak berbuat dengan tindakan-tindakan yang sesuai dengan moral dan di sisi lain ada nafsu yang menyeretnya kepada tindakan yang tidak baik dan merusak kemanusiaan. Namun sesungguhnya nafsu itu tidak selamanya buruk karena nafsu itu tidak lebih dari keinginan atau hasrat saja untuk memuaskan atau menyenangkan diri.
Filsuf Hegel dalam abad ke-19 membahas budaya sebagai keterasingan manusia dengan dirinya sendiri. Dalam berbudaya manusia tak menerima begitu saja apa yang di sediakan oleh alam, tetapi mengubahnya dan mengembangkannya lebih lanjut. Dengan berbuat demikian itu terjadi jurang antara manusia dengan dirinya yang dialami. Itulah yang dimaksud dengan keterlepasan atau keterasingan dan sebagai akibatnya terjadilah ketegangan yang terus menerus mendorong kemajuan itu.
Budaya Barat selain memiliki dampak negatif juga memiliki dampak positif dan perlu ditiru, seperti budaya kerja keras, budaya disiplin, budaya bersih dan teratur serta Kemajuan dan perkembangan yang hanya terbatas pada kemajuan material saja akan menimbulkan kepincangan pada kehidupan manusia. Hidup mereka kurang sempurna, berat sebelah dan batin mereka akan kosong. Akibatnya tidak akan memperoleh ketentraman dan ketertiban hidup melainkan  justru dapat lebih merusak.
.
3.         faktor sehingga budaya menyebabkan kemiskinan
Kemiskinan sudah menjadi problem umum negara berkembang khususnya Indonesia. Kemiskinan yang dimaksud di sini adalah kemiskinan material, yakni kemiskinan harta benda atau ketidakmampuan untuk memenuhi hajat hidupnya dan kelurganya.
            Beberapa yang menjadi faktor kemiskinan adalah:
1.         Kekurangan sumber daya alam
2.         Tingkat pendidikan yang rendah
3.         Kekurangan sumber daya manusia
4.         Keterbatasan lapangan kerja
5.         Kekurangan modal
6.         Daerah tempat tinggal terisolasi akibat perang, bencana alam dll.
 Di samping menjadi penyebab kemajuan, kebudayaan sendiri dapat menyebabkan kemiskinan. Ibarat bumerang, kebudayaan bisa membawa keuntungan bagi manusia, juga bisa berdampak kerugian. Menurut Klages, budaya merupakan bahaya bagi manusia. Budaya yang dimaksud adalah budaya kumuh, kemiskinan, ketamakan manusia hingga hutan yang semakin gundul. Maka manusia tidak lepas dari kebudayaan yang dapat merusak manusia sendiri.
Sebagaimana diketahui bersama, kebudayaan hasil dari pikiran manusia dan manusia merupakan makhluk budaya. Budaya juga dapat mempengaruhi kehidupan manusia. Kebiasaan buruka manusia apabila membudaya akan menjadi budaya yang negatif. Dampaknya pun negatif apalagi bagi masyarakat berkembang.
Telah banyak kebudayaan negatif di Indonesia yang menjadi penyebab kemiskinan. Contohnya adalah budaya korupsi. Budaya korupsi di Indonesia menjadi akibat langsung kemiskinan. Bayangkan berapa banyak rakyat miskin hidup sengsara di pinggiran, sedang para pejabat bergelimangan harta di rumahnya. Bahkan Indonesia menjadi negara terkorup kedua di Asia. Ironisnya ini terjadi di negara dengan mayoritas Muslim. Korupsi di Indonesia sudah menjadi budaya yang menurunkan moral dan ekonomi.
Contoh lain dari budaya yang menyebabkan kemiskinan adalah kekerasan. Kekerasan yang terjadi dalam masyarakat menjadi pemuas hawa nafsu belaka. Tak hanya pria yang menjadi aktor dalam kekerasan, wanita bahkan anak-anak ikut juga bermain peran pula sampai menyebabkan korban jiwa. Nyawa manusia akhirnya berharga sebatang rokok saja. Selain itu, kekerasan mengakibatkan keamanan sosia terganggu dan akan merusak lingkungan sosial.
Budaya pop termasuk pula budaya yang mendoraong kemiskinan. Budaya pop yang dimaksud adalah budaya yang dianggap tren di masa ini. Budaya ini membuat manusia khususnya para remaja mulai meniru dan mengimitasi tokoh-tokoh idolanya di televisi dan meniru gaya mereka. Akibatnya adalah budaya hedonisme dan pemborosan. Apa yang dibeli oleh remaja tidak dibutuhkan oleh mereka malah digunakan untuk pamer semata atau untuk mengejar style sekarang. Uang yang mereka belanjakan bukan untuk hajat hidup, melainkan untuk memenuhi nafsu fantasi semata. Hal inilah yang berdampak langsung pada kemiskinan.
Akulturasi budaya memang hal yang tidak dapat disangkal. Tetapi tetap harus disaring dan dikontrol agar tidak meracuni budaya asli. Budaya luar yang masuk berlebihan tidak hanya menimbulkan hedonisme, namun menggeser budaya asli lokal. Budaya asli Indonesia yang sarat akan nilai luhur terpinggirkan oleh budaya asing yang masuk. 
BAB III
PENUTUP
1.         Kesimpulan
            Pada abad ke-19 filsuf hegel membahas budaya sebagai keterasingan manusia dengan dirinya sendiri. Dalam berbudaya manusia tidak menerima begitu saja apa yang disediakan oleh alam, tetapi ia harus mengubahnya dengan mengembangkannya lebih lanjut. Dengan  berbuat demikian, akan terjadi jurang antara manusia dan dirinya. Itulah yang dimaksud dengan keterlepasan atau keterasingan yang menyebabkan terjadinya ketegangan yang terus menerus.
            Budaya yang dapat memajukan manusia di karenakan faktor disiplin ilmu, etika dan seni. Sehingga dalam berinteraksi manusia dapat beretika, meningkatkan produktifitas, menguarangi kemiskinan, meningkatkan pendidikan. Adapun budaya yang menyebabkan kemiskinan diantaranya disebabkan oleh terbatasnya sumber daya alam, terbatasnya sumber daya manusia, terbatasnya barang modal, rendahnya produktivitas dan rendahnya pendidikan.
            Bangsa Indonesia memiliki budaya yang beraneka ragam, dimana budaya tersebut bisa mendorong terjadinya kemajuan dan menyebabkan kemiskinan. Budaya-budaya itu tidak hanya budaya asli Indonesia tetapi juga ada yang di pengaruhi oleh budaya yang datang dari luar. Budaya-budaya yang datang dari luar perlu di pertimbangkan  sesuai dengan ajaran Islam. Budaya pada dasarnya tumbuh di masyarakat melalui interaksinya, baik melalui TV, internet  maupun berhubungan langsung dengan orang-orang yang berbeda budaya dan keyakinan. Tetapi perlu difilter mana yang baik dan mana yangburuk, serta tidak membawa mudarat dan merendahkan harkat dan martabat manusia itu sendiri.





REFERENSI
•           Udin,Alim Amaran. 1976.Ilmu Pengetahuan Budaya Dasar.Forum Pendidikan.IKIP: Jakarta Kadir, Abdul dkk. 1991. Ilmu Budaya Dasar. Bina Ilmu : Surabaya
•           Mustafa Ahmad, Ilmu Budaya Dasar, Usaha Nasional. Surabaya, 1998
           Widagdho, Djoko.1991. Ilmu Budaya Dasar. Semarang : Bumi Aksara.•           

No comments: