Pengertian
Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial (Social Stratification) berasal dari
kata bahasa latin “stratum” (tunggal) atau “strata” (jamak) yang berarti
lapisan. Dalam Sosiologi, stratifikasi sosial dapat diartikan sebagai pembedaan
penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat. Beberapa
defenisi Stratifikasi Sosial menurut para ahli :
Pitirim A.
Sorokin
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan
penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat
(hierarki)
Max Weber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan
orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam
lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
Cuber
Mendefinisikan
stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas kategori dari hak-hak yang berbeda
Drs. Robert.
M.Z. Lawang
Sosial Stratification adalah penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu system social tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis
menurut dimensi kekuasaan, privilese, dan prestise .
Begitu pula dengan Seoarang filsuf bangsa Yunani yaitu
Aristoteles mengatakan, bahwa di dalam tiap-tiap negara terdapat 3 unsur
lapisan masyarakat, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang berada
ditengah-tengahnya dan mereka yang melarat. Ucapan Aristoteles ini
membuktikan bahwa terjadinya
lapisan-lapisan dalam masyarakat sudah sejak saat itu bahkan diduga bahwa zaman
sebelumnya telah diakui adanya tingkatan atau lapisan-lapisan di dalam
masyarakat
Sebab-Sebab
Terjadinya Stratifikasi Sosial
Setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargai, bisa
berupa kepandaian, kekayaan, kekuasaan, profesi, keaslian keanggotaan
masyarakat dan sebagainya. Selama manusia membeda-bedakan penghargaan terhadap
sesuatu yang dimiliki tersebut, pasti akan menimbulkan lapisan-lapisan dalam
masyarakat. Semakin banyak kepemilikan, kecakapan masyarakat atau seseorang
terhadap sesuatu yang dihargai, semakin tinggi kedudukan atau lapisannya.
Sebaliknya bagi mereka yang hanya mempunyai sedikit atau bahkan tidak memiliki
sama sekali, maka mereka mempunyai kedudukan dan lapisan yang rendah.
Ada dua tipe penyebab terjadinya stratifikasi sosial :
- terjadi dengan sendirinya, kedua, terjadi secara sengaja. Stratifikasi yang terjadi dengan sendirinya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa individu sejak lahir. Misalnya usia, jenis kelamin, keturunan, sifat keaslian keanggotaan seseorang dalam masyarakat.
2. Sedangkan
stratifikasi sosial yang terjadi dengan sengaja untuk tujuan bersama dilakukan
dalam pembagian kekuasaan dan wewenang yang resmi dalam organisasi-organisasi
formal, seperti: pemerintahan, partai politik, perusahaan, perkumpulan,
angkatan bersenjata.
Ada beberapa ciri
umum tentang Faktor-faktor yang menentukan adanya stratifikasi sosial, yaitu
antara lain :
- Pemilikan atas
kekayaan yang bernilai ekonomis dalam berbagai bentuk dan ukuran; artinya
strata dalam kehidupan masyarakat dapat dilihat dari nilai kekayaan srrorang
dalam masyarakat.
- Status atas
dasar fungsi dalam pekerjaan, misalnya sebagai Dokter, Dosen, buruh atau
pekerja teknis dan sebagainya; semuanya ini sangat mentukan status seseorang
dalam masyarakat.
- Kesalahan
seseorang dalam beragama; jika seseorang sungguh-sungguh penuh dengan ketulusan
dalam menjalankan agamanya , maka status seseorang tadi akan dipandang lebih
tinggi oleh masyarakat.
- Status atas dasar keturunan, artinya keturunan dari
orang yang dianggap terhormat ( ningrat ) merupakan ciri seseoarang yang
memiliki status tinggi dalam masyarakat.
- Status atas
dasar jenis kelamin dan umur seseorang. Pada umumnya seseorang yang lebih tua
umurnya lebih dihormati dan dipandang tinggi statusnya dalam masyarakat. Begitu
juga jenis kelamin; laki-laki pada umumnya dianggap lebih tinggi statusnya
dalam keluarga dan masyarakat.
- Ukuran
kekuasaan Seseorang yang memiliki wewenang terbesar menempati lapisan
paling atas. Misalnya saja presiden, menteri, pemerintah provinsi, pemerintah
kabupaten, hingga ketua RT
- Ukuran kehormatanOrang yang paling disegani dan dihormati biasanya
mendapatkan tempat paling tinggi. Ukuran ini banyak dijumpai pada pada
masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang
pernah berjasa.
Secara teoritis, semua manusia dapat dianggap sederajat.
Akan tetapi sesuai dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial, halnya
tidaklah demkian. Pembedaan atas lapisan merupakan gejala universal yang
merupakan bagian sistem sosial setiap masyarakat.Untuk meneliti terjadinya proses-proses lapisan masyarakat,
dapatlah pokok-pokok sebagai berikut:
- Sistem
stratifikasi sosial mungkin berpokok pada sistem pertentangan dalam masyarakat.
Sistem demikian hanya mempuyai arti yang khusus bagi masyarakat tertentu yang
menjadi obyek penyelidikan.
- Sistem
stratifikasi sosial dapat dianalisis dalam ruang lingkup unsur-unsur sebagai
berikut :
Distribusi
hak-hak istimewa yang obyektif seperti misalnya penghasilan, kekayaan,
keselamatan, wewenang dan sebagainya:
- Sistem
pertentangan yang diciptakan warga-warga masyarakat (prestise dan penghargaan)
- Kriteria
sistem pertentangan, yaitu apakah didapatkan berdasarkan kualitas pribadi,
keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik, wewenang atau kekuasaan :
- Lambang-lambang
status, seperti misalnya tingkah laku hidup, cara berpakaian, perumahan,
keanggotaan pada suatu organisasi dan sebagainya;
- Mudah atau
sukarnya bertukar status;
- Solidaritas diantara
individu-individu atau kelompok-kelompok sosial yang menduduki status yang sama
dalam sistem sosial masyarakat:
i. Pola-pola interaksi (struktur cliqe,
keanggotaan organisasi perkawinan dan sebagainya);
ii. Kesamaan atau perbedaan sistem
kepercayaan, sikap dan nilai-nilai;
iii. Kesadaran akan status masing-masing;
iv. Aktivias sebagai organ kolektif.
Sifat
Stratifikasi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya, pelapisan
sosial dibedakan menjadi sistem
pelapisan sosial tertutup, sistem pelapisan sosial terbuka, dan sistem
pelapisan sosial campuran.
1)Stratifikasi
Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)
Stratifikasi ini adalah stratifikasi dimana anggota dari
setiap strata sulit mengadakan mobilitas (perpindahan) dari satu lapisan ke
lapisan sosial yang lain. Dalam sistem ini, satu-satunya kemungkinan untuk
masuk pada status tinggi dan terhormat dalam masyarakat adalah karena kelahiran
atau keturunan.
Contoh:
- Sistem kasta
di India. Kaum Sudra tidak bisa pindah posisi naik di lapisan Brahmana.
- Rasialis.
Kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan
di posisi kulit putih.
2) Stratifikasi
Sosial Terbuka (Opened Social Stratification)
Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat
besar. Setiap anggota strata dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik
vertikal maupun horisontal.Setiap orang memiliki kesempatan berusaha untuk
menaikkan, menurunkan, maupun menstabilkan statusnya.
Contoh:
- Seorang
miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya.
- Seorang yang
rendah tingkat pendidikannya dapat memperoleh pendidikanyang lebih tinggi
dengan usaha yang gigih.
3)Stratifikasi
Sosial Campuran
Stratifikasi sosial campuran merupakan kombinasi antara
stratifikasi tertutup dan terbuka. Misalnya, seorang Bali berkasta Brahmana
mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun apabila ia pindah ke Jakarta
menjadi buruh, ia memperoleh kedudukan rendah. Maka ia harus menyesuaikan diri
dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.
Hal ini jelas dapat diketahui dari kehidupan masyarakat yang
mengabungkan kasta seperti di india misalnya:
a)Keanggotaan pada kasta diperoleh karna warisan/kelahiran. Anak yang lahir memperolah kedudukan orang tuanya
b)Keangotaan yang diwariskan tadi berlaku seumur hidup, oleh karna seseorang takmungkin mengubah kedudukannya, kecuali bika ia dikeluarkan dari kastanya.
c)Perkawinan bersifat endogam, artinya harus dipilih dari orang yang kekasta.
d)Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya bersifat terbatas.
e)Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta yang tertentu, terutama nyata dari nama kasta, identifikasi anggota pada kastanya, penyesuaian diri yang ketat terhadap norma-norma kasta dan lain sebagainya.
f)Kasta diikat oleh kedudukan-kedudukan yang secara tradisional telah ditetapkan.
g)Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan
Sistem kasta di India telah ada berabad-abad yang lalu.
Istilah untuk kasta dalam bahasa india adalahyati; sedangkan sistemnya disebut
varna. Menurut kitab Rig-veda dan kitab-kitab brahmana, dalam masyarakat india
kuno dijumpai empat varna yang tersusun dari atas kebawah. Masing-masing adalah
kasta Brahmana, Ksatra, Vaicya dan Sudra.
Kelas-kelas
Sosial
Di dalam tentang teori lapisan senantiasa dijumpai istilah
kelas (social class) Penjumlahan kelas-kelas dalam masyarakat disebut
class-system.Artinya, semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukan mereka
itu diketahui dan diakui oleh masyarakat umum. Dengan demikian, maka pengertian
kelas adalah paralel dengan pengetian lapisan tanpa membedakan apakah dasar
lapisan itu faktor uang, tanah, kekuasaan atau dasar lainnya.
Adapula yang mengunakan istilah kelas hanya untuk lapisan
yang berdasarkan atas unsur ekonomis. Sedangkan lapisan yang berdasarkan atas
kehormatan dinamakan kelompok kedudukan (status group). Selanjutnya dikatakan
bahwa harus diadakan pemdedaan yang tegas antara kelas dan kelompok kedudukan.
Max Weber mengadakan pembedaan antara dasar ekonomis dengan
dasar kedudukan sosial akan tetapi tetap mempergunakan istilah kelas bagi semua
lapisan. Adanya kelas yang bersifat ekonomis dibaginya lagi ke dalam sub kelas
yang bergerak dalam bidang ekonomi dengan mengunakan kecakapannya. Disamping
itu, Max Weber masih menyebutkan adanya golongan yang mendapat kehormatan
khusus dari masyarakat dan dinamakan Stand.
Pada beberapa masyarakat di dunia, terdapat kelas-kelas yang
tegas sekali. Karena orang-orang dari kelas tersebut memperoleh hak dan
kewjiban yang di lindungi oleh hukum positif masyarakat yang bersangkutan.
Warga masyarakat semacam itu seringkali mempunyai kesadaran dan konsepsi yang
jelas seluruh sususan lapisan dalam masyarakat.
Misalnya di Inggris, ada istilah-istilah tertentu seperti
commoners bagi orang biasa serta nobility bagi bangsawan. Sebagaian besar warga
masyarakat Inggris, menyadari bahwa orang-orang nobility berada diatas
commoners (sesuai dengan adat istiadat)
Apabila pengertian kelas ditinjau serta lebih mendalam, maka
akan dapat dijumpai beberapa kriteria yang tradisional, yaitu:
1) Besar jumlah
anggota-anggotanya,
2) Kebudayaan
yang sama, yang menentukn hak-hak dan kewajiban-kewajiban warganya,
3) Kelenggengan,
4) Tand atau
lambang-lambang yang merupakan cori khas,
5) Batas-batas
yang tegas (bagi kelompok itu, terhadap kelompok lain).
6) Antagonisme
tertentu.
Sehubungan dengan kriteria tersebut diatas, kelas memberikan
fasilitas-fasilitas hidup yang tertentu (life-chances)bagi anggotanya.
Misalnya, keselamatan atas hidup dan harta benda, kebebasan , standar hidup
yang tinggi dan sebagainya, yang dalam arti-arti tertentu tidak dipunyai oleh
warga kelas-kelas lainnya. Kecuali itu, kelas juga mempengaruhi gaya dan tigkah
laku hidup masing-masing warganya (life-style). Karena kelas-kelas yang ada
dalam masyarakat mempunyai perbedaan dalam kesepakatan-kesepakatan menjalani
jenis pendidikan atau rekreasi tertentu.
Jeffris dan Ransford berpendapat bahwasanya stratifikasi sosial di dalam masyarakat terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
1) Hierarki Kelas
(Class Hierarchies), yaitu stratifikasi yang didasarkan pada penguasaan barang
atau jasa. Di Indonesia, masyarakat digolongkan menjadi beberapa kategori yaitu
kategori kaya, menengah, dan miskin. Hal tersebut mengacu pada kriteria yang
ditetapkan oleh Biro Pusat Statistik (BPS).
2) Hierarki
Kekuasaan (Power Hierarchies), yaitu stratifikasi yang didasarkan pada
kekuasaan seseorang dalam suatu masyarakat. Yang dimaksud engan kekuasaan
adalah kemampuan untuk mepengaruhi individu-individu lain dan mepengaruhi
pmbuatan keputusan kolektif. Menurut Gaetano Mosca, di dalam suatu masyarakat
selalu terdapat dua kelas penduduk yaitu kelas yang menguasai dan kelas yang
dikuasai. Kelas pertama yang jumlahnya selalu lebih kecil bertugas menjalankan
semua fungsi politik, memonopoli kekuasaan dan menikmati keuntungan yang
diberikan oleh kekuasaan tersebut. Sedangkan kelas kedua yang jumlahnya jauh
lebih besar, diatur dan dikendalikan oleh kelas yang pertama.
3) Hierarki
Status (Status Hierarchies), yaitu stratifikasi yang didasarkan pada pembagian
kehormatan dan status sosial. Stratifikasi dalam bentuk ini membagi masyarakat
ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok masyarakat yang disegani atau terhormat
dan kelompok masyarakat biasa. Kelompok masyarakat yang menduduki posisi
terhormat biasanya memiliki gaya hidup yang eksklusif. Biasanya diwujudkan
dalam bentuk pembatasan terhadap pergaulan erat dengan orang yang statusnya
lebih rendah. Di lingkungan kerajaan yang berdarah biru lazimnya menganggap
suatu hal yang menyimpang bila ada anggota keltarganya yang menikah dengan
orang biasa. Di Inggris pernah terjadi polemik ketika Pangeran Charles yang
mewarisi tahta kerajaan Inggris memilih menikah dengan Putri Diana yang berasal
dari kalangan rakyat biasa.
Dasar
Stratifikasi Sosial
Diantara lapisan atasan dengan yang terendah , terdapat
lapisan yang jumlahnya relatif banyak. Biasanya lapisan atasan, tidak hanya
memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai oleh masyarakat. Akan tetapi
kedudukannya yang tinggi itu bersifat kumulatif. Artinya, mereka yang mempunyai
uang banyak, akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan dan mungkin
kehormatan. Ukuran atau kriteria yang bisa dipakai menggolongkan-golongkan
anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Ukuran kekayaan. Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termausk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut misalnya, dapat dilihat padad rumah yang bersangkutan, mobil peribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang di pakainya, kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.
2.Ukuran kekuasaan Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan atasan.
3.Ukuran kehormatan. Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini, banyak di jumpai pada masyarakat teradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua, atau mereka yang pernah berjasa.
4.Ukuran ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersbut Kadang-kadang yang menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negative. Karna ternya bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaanya. Sudah tentu hal yang demikian memacu segala macam usaha untuk mendapatkan gelar, walau tidak halal.
Ukuran diatas tidaklah bersipat limitatif, karna masih ada
ukuran-uakuaran lain yang dapat digunakan. Akan tetapi ukuran-ukuran diatas
amat menentukan sebagai timbulnya sistem lapisan pada masyarakat tertentu.
Unsur-unsur
dalam Stratifikasi Sosial
Hal yang mewujudkan unsur dalam teori sosiologi tentang
sistem lapisan masyrakat adalah kedudukan (status) dan paranan (role).
Kedudukan dan peranan merupakan unsur-unsur baku dalam sistem lapisan, dan
mempunyai arti yang penting bagi sistem sosial. Yang diartikan sebagai sistem
sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timba- balik antara individu
dalam masyarakat dan antara individu dengan masyarakatnya, dan tingkah laku
individu- individu tersebut. Dalsm hubumgan-hubungan timbal-balik tersebut ,
keudukan dan peranan individu mempunyai peranan yang penting oleh karena itu
untuk mendapatkan gambaran yang agak mendalam, ke dua hal tersebut akan
dibicarakan tersendiri dibawah ini.
1.Kedudukan (Status)
1.Kedudukan (Status)
Kedudukan Kadang-kadang dibedakan pengertiannya dengan
kedudukan sosial ( social status ). Kedudukan diartikan sebagai tempat atau
posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Kedudukan sosial artinya adalah
tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan dengan orang-orang
lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestasinya dan hak-hak serta
kewajiban-kewaibannya. Untuk lebih mudah mendapatkan pengertia, ke dua istilah
tersebut di atas akan dipergunakan dalam arti yang sama dan digambarkan dengan
istilah kedudukan saja.
Secara abstrak, kedudukan berarti tempat seseorang dalam
suatu pola tertentu. Dengan demikian , seseorang dikatakan mempunyai beberapa
kedudukan , oleh karena seseorang bisanya ikut serta dalam berbagai pola
kehidupan. Pengertian tersebut menunjukan tempatnaya sehubungan dengan kerangka
masyarakat secara menyeluruh. Seperti Kedudukan Tuan A sebagai warga
masyarakat, merupakan kombinasi dari segenab kedudukanya sebagai guru, kepala
sekolah,ketua rukun tetangga dst.
Ada tiga macam status sosial dalam masyarakat:
a) Ascribed Status
Ascribed status adalah tipe status yang didapat sejak lahir
seperti jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan lain
sebagainya.Misalnya, kedudukan seorang anak bangsawan adalah bangsawan pula,
seorang kasta Brahmana juga akan memperolah kedudukan yang sama. Contoh lainnya
yaitu kedudukan laki-laki yang lebih tinggi daripada perempuan dalam suatu
keluarga.
b) Achieved Status
Achieved status adalah status sosial yang didapat seseorang
karena kerja keras dan usaha yang dilakukannya. Contoh achieved status yaitu
seperti harta kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll. Status pekerjaan,
misalnya sebagai dokter, dosen, buruh, dll, sangat menentukan status seseorang
dalam masyarakat. Begitu juga dengan tingkat pendidikan yang telah ditempuh
seseorang. Seorang sarjana tentu dipandang lebih tinggi statusnya dari pada
orang yang hanya lulus sekolah dasar. Hal itu merupakan hasil dari usaha keras
yang telah dilakukannya.
c) Assigned Status
Assigned status adalah status sosial yang diperoleh
seseorang di dalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi
diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya seperti seseorang
yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya. Dalam hal ini,
kesalehan seseorang dalam beragama termasuk di dalamnya. Jika seseorang
memiliki pengetahuan agama yang dalam, maka ia akan memiliki status yang lebih
tinggi di masyarakat.
2.Peranan (Role)
Sedangkan peran sosial merupakan aspek yang lebih dinamis
dibandingkan dengan kedudukan. Status sosial merupakan unsur statis yang
menunjukkan tempat individu dalam organisasi masyarakat. Peran lebih menjurus
pada fungsi seseorang dalam masyarakat. Meskipun demikian, keduanya tak dapat
dipisahkan karena satu dengan yang lainnya saling berhubungan.
Berdasarkan cara memperolehnya, peranan dibedakan menjadi
dua, yaitu:
a) Peranan bawaan
(ascribed roles), yaitu peranan yang diperoleh secara otomatis, bukan karena
usaha, misalnya peranan sebagai nenek, anak, ketua RT, dan sebagainya.
b) Peranan pilihan
(achieve roles), yaitu peranan yang diperoleh atas keputusannya sendiri,
misalnya seseorang memutuskan untuk memilih Fakultas Tarbiyah UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang.
Berdasarkan pelaksanaannya, peranan sosial dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a) Peranan yang
diharapkan (expected roles), yaitu cara ideal dalam pelaksanaan peranan menurut
penilaian masyarakat. Masyarakat menghendaki peranan tersebut dilaksanakan
secernat-cermatnya dan tidak dapat ditawar dan harus dilaksanakan seperti yang
telah ditentukan. Misalnya, peranan hakim, diplomatik, dan sebagainya.
b) Peranan yang
disesuaikan (actual roles), yaitu cara bagaimana sebenarnya peranan tersebut
dijalankan. Peranan ini pelaksanaannya lebih dinamis, dapat disesuaikan dengan
situasi dan kondisi tertentu.
Suatu peranan dapat membimbing seseorang dalam berperilaku,
karena peran dapat berfungsi sebagai:
Pertama, memberi arah pada proses sosialisasi.
Kedua, pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai, norma, dan pengetahuan.
Ketiga, dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat.
Keempat, menghidupkan sistem pengendali dan kontrol sehingga dapat melestarikan kehidupan masyarakat.
Pertama, memberi arah pada proses sosialisasi.
Kedua, pewarisan tradisi, kepercayaan, nilai, norma, dan pengetahuan.
Ketiga, dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat.
Keempat, menghidupkan sistem pengendali dan kontrol sehingga dapat melestarikan kehidupan masyarakat.
Peranan mencakup tiga hal, yaitu :
a)Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan.b)Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.c)Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaaku individu yang penting bagi struktur sosioal masyarakat.
Perlu pula disingung perihal fasilitas bagi peranan indivudu
(role-facilities). Masyarakat biasanyamemberikan fasilitas-fasilitas pada
individu untuk dapat menjalankan peranan. Lembaga-lembaga kemasyarakatan
merupakan bagaian masyarakat yang banyak menyediakan peluang-peluang untuk
pelasaksanaan peranan. Kadang-kadang perubahan struktur suatu golongan
kemasyarakatan menyebabkan fasilitas bertambah. Misalnya, perubahan organisasi
suatu sekolah yang memerlukan penambahan guru, pegawai administrasi, dan
seterusnya. Akan tetapi sebaliknya, juga dapat mengurangi peluang-peluang,
apabila terpaksa diadakan rasionalisasi sebagai akibat perubahan struktur dan
organisasi.
Mobilitas Sosial
Mobilitas berati gerak, dalam hubungannya dengan konsep stratifikasi sosial mobilitas berarti gerak yang
menghasilkan perpindahan tempat. Mobilitas sosial adalah perpindahan posisi dari satu
lapisan ke lapisan yang lainnya atau dari satu dimensi kedimensi lainnya
(Lawang,1985).
Mobilitas sosial menunjuk pada gejala naik atau turunnya
seseorang, keluarga, atau kelas dalam hierarkhi kelas, status, dan kekuasaan.
Mobilitas seseorang atau keluarga akan tampak dalam masyarakat karena beberapa
hal, antara lain berdasarkan kecakapan dankesempatan yang dibuka secara luas
seperti dalam masyarakat demokratis. Dalam suatu kelas, mobilitas naik karena
fungsinga yang semakin mendapat pengakuan umum, seperti para pemimpin
pergerakan kemerdekaan di Indonesia
menjadi kelompok elite pada saat Indonesia merdeka.
Pada dasarnya, secara
umum mobilitas dalam stratifikasi sosiall masyarakat yang sering terjadi
adalah:
1. Mobilitas sosial secara vertikal
2. Mobilitas sosial secara horizontal.
Vertikal berati dapat ke atas atau ke bawah, gerak vertikal dapat dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah.
tinggi, atau dari posisi yang tinggi ke yang lebih rendah (
Lawang,1985).
Dalam mobilitas vertikal juga dikenal apa yang dinamakan :
1. Mobilitas vertikal intra generasi, yaitu mobilitas
vertikal yang terjadi dalam generasi itu sendiri atau yang terjadi dalam diri
sendiri, contoh: kenaikkan atau penurunan pangkat seseorang.
2. Mobilitas vertikal inter generasi, yaitu mobilitas
vertikal yang terjadi dalam dua generasi
atau tidak terjadi dalam diri seserang, contoh :bapaknya kaya anaknya menjadi
miskin, atau bapaknya miskin anaknya menjadi kaya.
Horizontal berati mendatar, gerak horizontal bergerak ke
kanan atau ke kiri, ke depan atau ke belakang secara mendatar.
Mobilitas sosial
horizontal adalah perpindahan posisi seseorang antar bidang-bidang suatu
dimensi (kekuasaan, privilase, dan prestise) atau antar dimensi dalam lapisan yang sama ( Lawang,1985).
Mobilitas horizontal juga terjadi dalam bentuk:
1. Mobilitas horizontal intra generasi, yaitu gerak mendatar
yang terjadi dalam diri sendiri,
contohnya dari petani menjadi pedagang yang tetap dalam lapisan bawah.
2. Mobilitas horizontal antar generasi, yaitu gerak mendatar
yang terjadi dalam dua generasi, contoh anak
raja yang bergerak di bidang
perekonomian, dimana kekuasaan raja sudah dihapus tetapi privilaseanak
raja tetap tinggi di mata masyarakatnya.
Selain mobilitas vertikal dan horizontal, juga dalam
mobilitas dikenal konsep askripsi dan prestasi. Askripsi berhubungan
dengan mobilitas sosial yang sulit atau
tidak mungkin tercapai karena berkaitan dengan keturunan.
Mobilitas ini terjadi
dalam masyarakat yang bersifat
stratifikasi sosial tertutup dengan mobilitas horizontal, misalnya ras.
negara yang menggunakan sistem feodal, dan sebagainya.
Prestasi berhubungan dengan mobilitas
sosial yang mungkin dapat dicapai.
Prestasi ada hubungannya dengan usaha untuk memperoleh
sesuatu dengan sengaja. Mobilitas ini
terjadi dalam masyarakat yang bersifat
stratifikasi sosial terbuka dengan mobilitas vertikal, misalnya
dalam negara demokrasi dimana pendidikan
merupakan salah satu alat untuk mengadakan mobilitas vertikal ke atas
No comments: