Marxisme Dalam Perspektif Islam - Ukhy Knowledge

Monday, 8 February 2016

Marxisme Dalam Perspektif Islam

BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang
Marxime merupakan teori ekonomi yang mengedepankan persamaan hak sosial, dimana hal ini menjadi masalah dan perbincangan yang sangat panjang, dari sisi lain Marxis ingin menuntut adanya persamaan dalam kehidupan sosial dan menentang kepada majikan, ajaran-ajaran Marxis ini menggunakan metode ceramah-ceramah politik sehingga mudah baginya dalam mengembangkan perspektifnya.
Berbeda dengan Marxis, Islam pun juga terdapat pandangan terhadap kelas-kelas, akan tetapi Islam telah mengajarkan adanya persamaan tanpa ada menanamkan rasa benci pada kaum bawah terhadap kaum atas, begitu pula sebaliknya Islam tidak mengajarkan untuk memeras tenaga dari kaum bawah, maka hal ini yang ada adalah saling membantu antara satu dengan lainnya, Rasulullah mengajarkan bahwa perbedaan kelas itu ada akan tetapi pertentangan dalam kelas itu tidak ada, Rasullullah mengajarkan dalam dunia ini ada yang kaya dan miskin, akan tetapi bagaimana  hal ini menjadi jalan pendorong kehidupan sosial yang saling tolong menolong.
Setelah kita mengetahui keduanya kita dapat mengkolerasikan bahwa teori Marxis dan Islam sangat lah berbeda, memang benar menjunjung dalam hak persamaan tidak ada yang saling memanfaatkan dan dimanfaatkan, akan tetapi dalam kajiannya dan kejadiannya kita dapat meliha Marxis menggunakan dengan cara bagaimana dan Islam memandang dengan cara seperti apa, terlihat dari kasat mata sama akan tetapi semua ini sangatlah berbeda.
Setelah kita mengetahui semuanya kita dapat membandingkan antara Marxis dengan Islam dalam pandangan melihat kelas-kelas yang terjadi pada kehidupan sosial, yang sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat.


2.      Rumusan Masalah
Dalam hal ini, makalah ini akan menjelaskan beberapa hal yang berkenaan dengan kelas-kelas menurut Marxis dan Islam, diantaranya :
·         Perbedaan dan Pertentangan dalam Kelas dalam Islam.
·         Kapitalisme dalam Islam.
·         Kodrat Manusia dan Posisi Agama dalam Marx dan Islam.
  















BAB II
PEMBAHASAN

1.      Pertentangan Kelas Menurut Marxis dan Islam
            Dalam kajiannya Marxis yang menentang adanya kapitalisme yang menganggap bahwasannya kapitalisme mengeksploitasi kelas-kelas, antara kaum borjuis terhadap kaum proletar, disini sangat jelas terlihat ketika kapitalisme mengusai kegiatan ekonomi dan memberatkan kaum proletar yang bekerja akan tetapi tidak sesuai dengan pendapatannya. Marxis melihat pada kapitalisme bahwa liberal memandang perekonomian dengan positive sum game, yang sebagaimana kita ketahui dengan keuntungan bagi semua. Marx dengan demikian mengambill pendapat zero sum yang diambil dari merkantilisme dan memakainya dalam hubungan kelas selain hubungan negara, karena menurut mereka positive zero sum hanya sebagai tempat eksploitasi kelas terhadap kelas proletar.
            Ketika Marxist memandang pertentangan kelas, maka yang ada didalam marx adalah persamaan hak antara kaum borjuis dan kaum proletar, karena disini banyak eksploitasi yang ingin disamakan oleh kaum marxis. Teori kelas Marxis bahwa mereka beranggapan bahwa pelaku utama dalam negara adalah kelas-kelas sosial yang menjadikan faktor ekonomi mengatur hubungan  sosial pada masyarakat kapitalisme, sedangkan Marx beranggapan seharusnya hubungan sosial ini dihadapkan pada suasana masyarakat yang sosialis dimana hak persamaan dijunjung tinggi, sistem ekonomi sosialis merupakan bentuk resistensi dari sistem ekonomi kapitalis yang dituding sebagai penyebab tidak tercapainya kesejahteran yang merata.
            Sistem sosialis, pemerintah mempunyai andil besar dalam mengatur roda perekonomian di sebuah negara. Mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai pengawasan terhadap rantai perekonomian masyarakat. Hal ini mengacu pada semua aspek kehidupan masyarakat mulai dari politik, sosial, budaya sampai pada giliran berubah menjadi sebuah ideologi yang menjadi pedoman dan spirit dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
            Pandangan sosialis mulai nampak pada abad ke 19, mereka berjuang dalam memerangin pandangan-pandangan ekonomi kapitalis, hal ini membuat sosialisme hadir akibat kedzaliman yang diderita masyarakat karena sistem ekonomi kapitalis yang terdapat didalamnya. Selanjutnya, sistem ekonomi  sosialis mengikuti tiga prinsip yang berbeda dengan sistem ekonomi sebelumnya yaitu :
·         Mewujudkan kesamaan yang riil.
·         Menghapus kepemilikan individu sama sekali atau sebagian saja.
·         Mengatur produksi dan distribusi secara kolektif.
Ekonomi sosialis memiliki beberapa prinsip dasar, diantaranya otoritas suatu negara untuk mengatur dan menguasai semua aset masyarakat, kesetaraan ekonomi dalam hal ini masyarakat tidak bekerja secara pribadi, mereka hanya digaji sebagai pegawai pemerintah, prinsip lainnya tentang disiplin politik. Dalam hal ini ekonomi sosialis memiliki kelebihan dalam praktiknya sebagai sistem ekonomi yang diterapkan guna mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat, ekonomi sosialis adalah disediakan pokok bagi masyarakat, hal didasarkan perencanaan negara dan semua hasil produksi akan dikelola oleh negara. Sedangkan kekurangannya sistem ekonomi antara lain, kebebasan ekonomi yang terbatas, hak dan kemampuan individu kurang dihargai, menurunya semangat dan gairah untuk berkreasi dan berinovasi, pemerintah cenderung bersikap otoriter dan terabaikannya pendidikan moral masyarakat.
 Sedangkan menurut Islam sendiri pertentangan kelas atau perbedaan kelas itu ada tapi hanya dalam perbedaan tanpa ada pertentangan, menurut islam manusia semuanya saling bersaudara dalam segala aspek apapun, kita tidak boleh membenci antara satu dengan lainnya, dalam faktor sosial memang manusia itu dilahirkan secara berbeda-beda akan tetapi hal ini bukan menjadi sebuah masalah,walaupun banyak keragaman akan tetapi harus tetap hidup damai dan rukun.
Dalam Islam antara si kaya dan si biskin, antara buruh dan majikan merupakan alam yang biasa, yang ada satu sama lain harus tolong menolong, bukan seperti kehidupan yang di Hutan yang memakai sistem hukum rimba siapa yang kuat dia yang berkuasa dan saling tikam menikam, yang paling kuat berkuasa dan yang lemah selalu ditindas. Dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW dan ke empat Khalifah terdapat ajaran dan amalan yang mempersatukan antara lemah dan kuat, antara si kaya dan si lemah, pada zaman itu si miskin tidak menganggap orang-orang kaya sebagai musuhnya dan sebaliknya orang-orang kaya tidak memeras tenaga si miskin dengan cara perbudakan, maka dalam hal ini Islam pun tidak membenarkan adanya perasaan saling membenci.
  Maka dalam hal ini kita dapat melihat ketika ajaran marxis yang merujuk pada komunis dengan ajaran Islam, dalam ajaran komunis mereka menghasut dengan ceramah-ceramah politik bahwa kaum buruh harus memerangi kaum borjuis dan menentang majikannya, maka dalam hal inilah timbul rasa benci antara orang yang atas dan orang yang berada dibawah. Selain itu dalam ajaran komunisme yang diajarkan oleh Marx itu yang tinggi harus membenci yang lemah dan segala peraturan yang dibuat harus mengikuti yang berada diatas, dalam seluruh aspek kehidupan seperti budaya, sosial, politik bahkan agama. Hak mereka pun dibatasi sehingga tak salah bila teori ini banyak di tentang.
Berbeda dengan Islam yang tidak mengajarkan tentang rasa benci antar sesama, yang ada adalah saling menolong, pada zaman Rasulullah pun, beliau tidak benci kepada orang yang membenci dirinya, bahkan Rasulullah menolong orang yang membencinya ketika dia dalam keadaan kesusahan, maka terlihat jelas dalam pandangan Marxis dan Islam, memang benar dalam kehidupan ini pasti adanya perbedaan, ada yang terlahir sebagai kaya dan miskin, akan tetapi dalam hal ini tidak masuk dalam permasalahan Islam karna Islam tidak memandang adanya pertentangan kelas.
2.      Islam Memandang Kapitalisme
Kapitalisme adalah salah satu paham dimana para pemilik modal  paling banyak maka dialah yang berkuasa (borjuis) dan orang yang tidak memiliki modal (proletar) harus bekerja keras kepada orang yang memiliki modal dengan bayaran upah atau bayaran yang semena-mena karena mereka tidak memiliki kekuasaan apapun. Paham kapitalisme ini secara jelas tidak ada dalam ajaran Islam dan Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan suatu deskripsi mengenai kapitalisme, yang tercantum dalam QS. Al-Qalam: 17-33
  إنا بلونهم كما بلونآاصحب الجنة إذاأقسموا ليصرمنها مصبحين # ولايستثنون # فطاف عليها طآئف من ربك وهم   نآئمون # فأصبحت كالصريم # (الي الآخر)
Dalam surat Al-Qolam ayat 17-33 Allah mendeskripsikan para pemilik kebun yang yakin akan memetik hasil panennya besok hari, mereka terlalu percaya diri dan menganggap bahwa panen kebun mereka dapat diatur secara prestisi. Tetapi mereka lupa akan mengucapkan “insya Allah” karena kebun yang mereka miliki adalah milik Allah dan mereka menganggap bahwa kebun itu hasil dari kerja keras mereka sendiri tanpa adanya campur tangan Allah di dalamnya. Tanpa mereka sadari ketika mereka tidur dengan keyakinan akan panen dan ketidaksabaran hari esok, Allah mengirimkan bencana yang merusak tanaman mereka, kebun itu terbakar habis tanpa ada yang tersisa sedikitpun.
Dan pada keesokan harinya mereka berkumpul pada pagi hari dan merencanakan untuk pergi ke kebun mereka secara diam-diam  tanpa diketahui oleh orang-orang miskin, karena apabila orang-orang miskin mengetahui jikalau mereka akan memanen hasil kebunnya maka orang-orang miskin akan meminta sedekah atas hasil panennya. Mereka bersikeras tidak akan membagikan hasil panennya tersebut pada orang miskin meskipun mereka sangat mampu untuk melakukan hal tersebut. Inilah contoh dari orang kikir.
Kaum kapitalis hanyalah bernodalkan uang dan mereka akan menjadi penguasa yang akan ditukarkan dengan komoditi atau bahan baku yang ada untuk dikelola oleh kaum buruh. Uang sendiri adalah symbol kapitalisme dimana kertas yang sejatinya tidak berharga dapat digunakan untuk membeli kemewahan dunia.
3.      Kodrat Manusia dan Posisi Agama Dalam Pandangan Marx dan Islam
            Dengan sedikit menganalisa pemikiran Marx, kodrat manusia menurutnya tahu segala hal dan paling mengerti, dan tentunya tahu rencana Tuhan. Rencana tuhan sebelum menciptakan Adam dan Hawa ada sampai hari ini, dan hari ini sampai seratus abad mendatang tidak pernah berubah. Rencana Tuhan hanya memuliakan manusia.
            Hadirnya Marx memperkenalkan sudut pandang yang tidak terlepas dari kepercayaan dan keyakinan, tetapi mempengaruhi apa yang disampaikan agama, isme (ajaran), Tuhan, ilmu pengetahuan, politik hukum, sejarah dan lain-lain, yang dipahami secara umum. Menurut Marx, segala yang ada adalah materi. Manusia yang membutuhkan materi dan yang dibutuhkan pun materi. Dapat disimpulkan bahwa segala sesuatu itu materi dan tidak ada yang tidak bersifat materi, menurut Marx. Segala sesuatu yang non materi menyatu dengan materi sehingga non materi pun akan menjadi materi.
            Memahami sedikit pemikiran Marx, keberadaan Tuhan yang disembah manusia mungkin saja wujudnya satu kesatuan dengan wujud manusia yang menyambahnya. Jadi bukan berarti Tuhan tidak ada. Barangkali menurut Marx duniawi milik bersama sehingga pertentangan kelas harus dihapuskan. Yang punya modal, pengusaha, pekerja dan rakyat jelata harus hidup bersama dalam bahagia.
4.      Hakikat Manusia Menurut Marx
            Menurut Marx hakikat manusia yaitu, 1). Berubah-ubah, manusia selalu berubah secara dialektis dan historis; 2). Hahikat manusia adalah tingkah laku, manusia ialah apa yang mereka kerjakan; 3). Hakikat manusia adalah menguasai dan merencanakan, manusia mengubah sejarah dengan teknologinya dan ia juga mengubah dirinya sendiri; 4). Hakikat manusia ditentukan oleh alat-alat produksi, orang dapat membayangkan betapa pentingnya alat produksi bagi penganut Marxisme. Sebab manusia adalah apa yang mereka kerjakan ditentukan oleh cara-cara produksi, maka menguasai alat-alat produksi berarti menguasai hakikat manusia (Nur Sayyid Santoso Kristeva, cetakan 1, 2011: 93).
            Kutipan diatas menjelaskan bahwa Marx memandang materi adalah suatu hal yang rasional yang akan selalu menjadi target setiap individu dalam mencapai kepentingannya. untuk itu, semua yang ada di kehidupan ini merupakan hasil dari revolusi manusia terhadap perubahan-perubahan secara kasat mata dapat diartikan tidak ada sesuatu tanpa materi.
            Marx meyakini bahwa tahap-tahap perkembangan sejarah ditentukan oleh keberadaan material. Bentuk dan kekuatan produksi material tidak hanya menentukan proses perkembangan dan hubungan sosial manusia, serta formasi politik tetapi juga pembagian kelas-kelas sosial (Budiyono, cetakan 1, 2012: 146).
5.      Agama Sebagai Candu Rakyat dan Alat Penindasan
            Marx berpandagan tentang agama: “Rligion is th opium of th people”(Agama adalah candu rakyat)(Budiyono, cetakan 1, 2012:150).
            Ada berbagai kontroversi dikalangan kaum Marxis pada abad pertengahan tentang apa yang dikatakan Marx tentang agama. Adapun pendapat tersebut terbagi menjadi tiga penafsiran. pertama, Marxis Radikal seperti Lenin yang menganggap semua yang dikatakan Marx tentang agama bersifat negatif, karena agama menindas, meracuni, membuat rakyat tunduk pada satu komando yang itu hanya berpihak kepada kaum pemilik modal. Maka dari itu, Lenin ingin menghapuskan peran lembaga keagamaan di masyarakat ketika ia berkuasa di Negaranya.
            Kedua, ada juga yang berpendapat kecanduan rakyat dikatakan Marx hanya ditujukan kepada otoritas agama Kristen (protestan) tidak diutujukan kepada semua agama sebagai candu agama. Ketiga, kaum Marxis yang lain memandang agama lebih bersifat netral.
            Kata-kata Marx yang mengkritik tentang agama adalah bahwa seorang individu tidak akan bisa menjadi dirinya sendiri apabila mengikuti aturan agama, karena agama hanya menjadikan manusia di luar dirinya, inilah yang menyebabkan manusia dengan agama itu menjadi makhluk yang terasing dari dirinya sendiri. Agama adalah sumber keterasingan manusia, menurut Marx.
            Marx juga menganggap agama muncul membuat perbedaan kelas semakin berpotensi, menurutnya, agamalah yang menciptakan perbedaan kelas di masyarakat. Jadi, selama perbedaan kelas itu ada, maka selama itu pula agama akan tetap ada.
            Dapat disimpulkan bahwa agama menurut Marx sebagai alat bagi kaum Borjuis-Kapitalis untuk menngekploitasi dan menindas kaum buruh-proletar. Negara juga menggunakan agama sebagai alat untuk mempertahannya kekuasaan sehingga rakyat harus mengukuti doktrin agama terhadap pemerintahan. Agama digunakan negara supaya rakyat tetap patuh dan tidak berontak dan selalu patuh terhadap kepentingan penguasa negara, inilah bentuk dari eksplotasi agama.  
            Semua yang menjadi kritik Marx terhadap posisi agama di masyarakat adalah karena traumanya terhadap otoritas Gereja pada sejarahnya abad prtengahan. Mungkin Marx benar bahwa agama adalah candu bagi masyarakat apabila dinisbahkan kepada Agama Kristen pada abad pertengahan itu. Apabila Marx menganggap dan menggeneralisir kepada semua agama, maka apa yang menjadi kritik Marx ini tidaklah tepat.
            Dalam pandangan islam, kodrat manusia tidak pernah tahu apa yang akan menjadi takdirnya ke depan. Manusia hanya menjalankan dan menyambah sesuai yang diperintahkan di dalam Al-Qur’an, karena semua yang diperintahkan tidak pernah bertentangan dengan kehidupan manusia. Dalam pertentangan kelas menurut kaum Marxis, islam menganggap tidak ada pertentangan yang mendasar yang membeda-bedakan antara kaum pemilik modal dan kaum buruh. islam adalah agama yang menghormati hak-hak individu, islam juga menganggap ada perbedaan kelas tetapi tidak ada pertentangan di dalamnya. Dalam faktanya, islam memerintahkan kepada pemeluknya untuk saling menghormati satu sama lainnya, tidak terkecuali antara kaum pemilik modal dan buruh. Karena sesungguhnya semua manusia itu sama dihadapan Allah dan yang membedakan hanyalah taqwanya.
            Ialam juga mengajarkan kepada umatnya untuk saling tolong-menolong dalam kebaikan dan dilarang untuk berbuat kejahatan. Islam menempatkan agama di atas segala-galanya, karena yang mengatur kehidupan manusia ada di dalam syari’at yang menjadi landasan dasar umat islam untuk menjalani aturan kehidupan.
            Di lain pihak agama bisa menjadi kekuatan pembebas bagi sebagian manusia. Sejarah memperlihatkan bahwa agama telah lahir dikalangan kelas-kelas yang tertindas dan miskin sehingga membawa mereka kepada kehidupan yang di inginkan. Salah satu contoh yang bisa diambil adalah bagaimana sejarah revolusi islam yang dibawa nabi Muhammad saw. Ia melawan kelas politik Quraisy, kaum agniyaa (kapitalis), kaum bangsawan seperti Abu Sufyan, Abu Jahal, dan Walid bin Mughirah. Kekuatan yang dipakai beliau adalah kekuatan kelas tertindas seperti Salma al Farisi, Amar bin Yasir, Abu Dzar dan Abdullah bin Mas’ud.
Sejarah juga bisa melihat kepada fenomena historis penjajahan Belanda terhadap Indonesia. Banyak kelompok-kelompok islam yang berjuang melawan penindasan yang dilakukan koloni Belanda sebagai bentuk peran agama dalam memperjaungkan hak-hak individu.









BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Ketika Marxist menandang pertentangan kelas, maka yang ada didalam marx adalah persamaan hak antara kaum borjuis dan kaum proletar. Teori yang lahir atas kritik dari kapitalis yang memberikan penderitaan pada kaum proletar. Marxisme sangat menjunjung prinsipnya yaitu kesamaan dan kesetaraan hak ekonomi antar kelas.
Menurut Islam sendiri pertentangan kelas atau perbedaan kelas itu ada tapi hanya dalam perbedaan tanpa ada pertentangan, menurut islam manusia semuanya saling bersaudara dalam segala aspek apapun, kita tidak boleh membenci antara satu dengan lainnya, dalam faktor sosial memang manusia itu dilahirkan secara berbeda-beda akan tetapi hal ini bukan menjadi sebuah masalah,walaupun banyak keragaman akan tetapi harus tetap hidup damai dan rukun.
Dipandang dari sudut Islam, kaum kapitalis hanyalah bernodalkan uang dan mereka akan menjadi penguasa yang akan ditukarkan dengan komoditi atau bahan baku yang ada untuk dikelola oleh kaum buruh. Uang sendiri adalah symbol kapitalisme dimana kertas yang sejatinya tidak berharga dapat digunakan untuk membeli kemewahan dunia.
Pada dasaarnya kodrat manusia itu mengetahui setiap sesuatu. Ketika seseoragan beragama dalam suatu waktu dia tidak menjadi dirinya sendiri. Yang mana Menurut Karl Marx, dia memandang bahwa orang yang beragama adalah yang menyebabkan keterasingan seseorang dari dirinya sendiri.






DAFTAR PUSTAKA


Budiyono, K., 2012. Teori dan Filsafat Ilmu Politik. Bandung: Alfabeta.
Kristeva, N. S. S., 2011. Negara Revolusi Marxis dan Proletariat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Media, K., 1955. Pandangan Islam terhadap pertentangan kelas dan golongan. majalah jawi, pp. 25-26.
Sorensen, 2005. Pengantar Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar .



No comments: