Proses terjadinya Alam semesta menurut ilmu sains dan Al Qur'an - Ukhy Knowledge

Tuesday, 17 April 2018

Proses terjadinya Alam semesta menurut ilmu sains dan Al Qur'an

Proses terjadinya Alam semesta menurut ilmu sains dan Al Qur'an

assalamu"alaikum wr. wb.

Alam semesta adalah suatu hamparan atau ruangan yang sangat luas yang tak di ketahui atau tak dapat di bayangkan luasnya. alam semesta diduga bentuknya melengkung dan dalam keadaan memuai serta terdiri atas galaksi-galaksi atau siste bintang yang jumlahnya ribuan.


Bumi adalah salah satu bagian dari alam semesta ini. maka tak heran terciptanya bumi ini berhubungan erat dengan terbentuknya alam semesta.
berikut adalah teori" yang menjelaskan tentang terbentuknya alam semesta menurut ilmu sains ( para ahli sains) dan menurut Al- Qur'an.

beberapa teori para ahli :
Teori Ledakan Besar
Enstein adalah orang yang mempopulerkan teori ini.teori ini didasarkan pada penelitian yang ditemukan bahwa alam semesta ini mengembang,seluruh planet dan bintang terus bergerak saling menjauhi seolah-olah berasal dari satu tempat yang sama.
pada tahun 1915 Enstein menyempurnakan teorinya tentang relativitas,yang kemudian ia terapkan dalam pendistribusian zat di ruang angkasa.kemudian tahun 1917 ada massa bahan yang hampir seragam dimana keseimbanganya tak menentu antara kekuatan gravitasi dan kekuatan dorong kosmis lain yang tak dikenal.semua ini kemudian dapat dipecahkan pada tahun 1922 oleh ahli fisika dari rusia.ia mengatakan bahwa kekuatan tolak tak berpengaruh,bahkan seluruh alam semesta terus mengembang dan bergerak saling menjauhi dengan keceptan tinggi.


Teori kant - Laplace
sejak jaman sebelum masehi,para ahli telah banyak berfikir dan menganalisis tentang gejala" yang terjdi di alam.mulai abad 18 para ahli telah memikirkan tentang proses terjadinya bumi. salah satunya adalah teori kabut (nebula) yang dikemukakan Immanuel Kant (1755) dan Piere de Laplace (1796) yang keudian terkenal dengan teori Kant - Laplace. dalam teori ini dekemukakan bahwa alam semesta terdapat gas yang kemudian berkumpul menjadi kabut ( nebula ). gaya tarik menarik antar gas ini kemudian membentuk kabut yang sangat besar dan berputar semakin cepat. dalam proses perputaran yang sangat cepat ini, kabut bagian katulistiwa terlempar memisah dan memadat ( karena pendinginan ). bagian inilah yang membentuk planet" di alam semseta.

Dari beberapa teori para ahli di atas kemudian para ahli astronomi terus berusaha memecahkan teori terbentuknya alam semesta. hingga pada era modern ini para ahli astronomi baik dari segi pengamatan maupun teori dengan jelas mengungkapkan bahwa pada suatu saat seluruh alam semesta masih berupa 'gumpalan asap' (yaitu komposisi gas yang sangat rapat dan tak tembus pandang, The First Three Minutes, a Modern View of the Origin of the Universe, Weinberg, hal. 94-105.). Hal ini merupakan sebuah prinsip yang tak diragukan lagi menurut standar astronomi moderen. Para ilmuwan sekarang dapat melihat pembentukan bintang-bintang baru dari peninggalan 'gumpalan asap' semacam itu.

Sebuah bintang terbentuk dari gumpalan gas dan asap (nebula), yang merupakan peninggalan dari 'asap' yang menjadi asal kejadian alam semesta. (The Space Atlas, Heather dan Henbest, hal. 50

Nebula Laguna adalah sebuah gumpalan gas dan asap yang berdiameter sekitar 60 tahun cahaya. Ia dipendarkan oleh radiasi ultraviolet dari bintang panas yang baru saja terbentuk di dalam gumpalan tersebut. (Horizons, Exploring the Universe, Seeds, gambar 9, dari Association of Universities for Research in Astronomy, Inc.)

Jauh sebelum para ahli dapat menemukan teori tersebut, Allah telah memberi tau manusia tentang kejadian terbentuknaya alam semesta melalui ayat-ayatnya yang di muat dalam Al Qur'an.

Bintang-bintang yang berkilauan yang kita lihat di malam hari, sebagaimana seluruh alam semesta, dulunya berupa materi 'asap' semacam itu. Allah telah berfirman di dalam Al Qur'an:

ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ

Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap,... (Al Fushshiilat, 41: 11)

Karena bumi dan langit di atasnya (matahari, bulan, bintang, planet, galaksi dan lain-lain) terbentuk dari 'gumpalan asap' yang sama, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa matahari dan bumi dahulu merupakan satu kesatuan. Kemudian mereka berpisah dan terbentuk dari 'asap' yang homogen ini. Allah telah berfirman:

أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. (Al Anbiya, 21:30)

Dr. Alfred Kroner adalah salah satu ahli ilmu bumi terkemuka. Ia adalah Profesor geologi dan Kepala Departemen Geologi pada Institute of Geosciences, Johannes Gutenberg University, Mainz, Jerman. Ia berkata: "Jika menilik tempat asal Muhammad... Saya pikir sangat tidak mungkin jika ia bisa mengetahui sesuatu semisal asal mula alam semesta dari materi yang satu, karena para ilmuwan saja baru mengetahui hal ini dalam beberapa tahun yang lalu melalui berbagai cara yang rumit dan dengan teknologi mutakhir. Inilah kenyataannya." Ia juga berkata: "Seseorang yang tidak mengetahui apapun tentang fisika inti 14 abad yang lalu, menurut saya, tidak akan pernah bisa mengetahui, melalui pemikirannya sendiri, bahwa dulunya bumi dan langit berasal dari hal yang satu."


Jadi bagaimana menurut anda, masih hebat para ahli atau Al Qur'an..???! :)


wassalamu'alaikum wr. wb.

No comments: