Oleh : Andi andreansyah
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Marxisme adalah sebuah paham yang mengikuti
pandangan-pandangan dari Karl Marx. Marx menyusun sebuah teori besar yang berkaitan
dengan sistem ekonomi, sistem sosial, dan sistem politik. Pengikut teori ini
disebut sebagai Marxis. Marxisme mencakup materialisme dialektis dan
materialisme historis serta penerapannya pada kehidupan.
Marxisme merupakan dasar teori Komunis dan Sosialis.
Dan juga merupakan bentuk protes Marx paham Kapitalisme. Ia menganggap bahwa
kaum borjuis hanya mengumpulkan Uang dengan mengorbankan kaum proletar. Kaum
proletar sangat menyedihkan karena di paksa bekerja berjam-jam dengan upah yang
minimum, sementara hasil pekerjaan dinikmati oleh kaum borjuis. Marx
berpendapat bahwa masalah ini timbul karena adanya "kepemilikan
pribadi" dan penguasaan kekayaan yang didominasi orang-orang kaya. Untuk
menyejahterakan kaum proletar, Marx berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti
dengan paham komunisme dan Sosialisme. Bila kondisi ini terus dibiarkan,
menurut Marx, kaum proletar akan memberontak dan menuntut keadilan. Inilah
dasar dari marxisme.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa banyak
sejarah-sejarah yang terjadi tentang perjuangan sosialisme di negara amerika
latin seperti Venezuela, Brazil, Kuba, dan lain-lain. yang menentang teori
kapitalisme di setiap negara mereka yang menyudutkan ideologi Sosialisme.
Sosialisme di amerika yang selalu membara dalam perlawanan kapitalisme. Dengan mengajarkan serta memberikan keteguhan
hati maupun semangat tajam akan kebenaran sebuah ideologi Sosialisme yang
selama ini dianggap busuk dimata tuan-tuan pemilik modal. Di dalam makalah ini saya
akan membahas tentang gerakan sosialisme di salah satu negara Amerika latin
yaitu Venezuela.
B.
RUMUSAN MASALAH
Untuk mempermudah saya
akan menyusun rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Sebelum Sosialisme muncul di Venezuela.
2.
Sejarah Sosialisme di Venezuela.
3.
Kebijakan untuk Sosialisme di Venezuela.
4.
Faktor Munculnya Sosialisme di
Venezuela.
5.
Manfaat bagi masyarakat Venezuels atas
Sosialisme.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
SEBELUM SOSIALISME DI VENEZUELA
Amerika latin tak jauh beda dari benua asia-afrika dalam hal posisi
ketergantungan (Dependensia) terhadap kekuatan kapitalisme global.
Infrastruktur ekonomi negara-negara amerika latin pun tentu menjadi sapi
perahan penetrasi modal-modal imperialisme melalui proyek Neo-Liberalnya.
Perangkat Structural Adjusment Programs (SAP) atau penyesuaian struktur ekonomi
di negara-negara Amerika latin begitu massif yang menandakan tonggak
merajalelanya praktek Neo-Liberal. Pencabutan subsidi publik, privatisasi,
divestasi, deregulasi dan kebijakan pro-pasar bebas lainnya adalah menu
santapan utama program ekonomi rezim-rezim pada era tahun 80-an sampai hari
ini. Kemiskinanpun bertaburan dimana-mana, pengangguran menjadi pekerjaan utama
dan hantu kemelaratan bahkan kematian, setiap hari membebani pikiran rakyat
amerika latin. Hal tersebut adalah pemandangan sosial yang tak asing lagi bagi
massa rakyat amerika latin. Ketika Mexico dinyatakan default atau tidak
mampunya arus kas nekonomi negara untuk membayar utang pada tahun 1982, maka
dimulailah babak ekonomi baru amerika latin dengan sejuta ilusi penyelesaiaan
yang ditawarkan oleh IMF yang notabene merupakan alat kekuatan imperialisme
modal untuk menekan dan memaksakan reformasi ekonomi melalui bengunan sistem
ekonomi neo-liberal yang berusaha mengintegralkan sistem ekonomi domestik suatu
negara kearah kompetisi pasar bebas (free market Competition) tanpa intervensi
politik negara. Kenyataan tersebut menjadi sebuah bom waktu yang suatu saat
akan menjadi pemicu krisis baru ketika mencapai titik kulminasinya.
Pada tahun 1989, tahun disaat terpilihnya Carlos Andres Perez
sebagai presiden Venezuela, program ekonomi Neo-Liberal pro pasar bebas telah
menjadi trend kebijakan yang dijadikan basis utama dalam menggerakkan arah
perekonomian domestik negara Venezuela. Program-program seperti pencabutan subsidi
publik, privatisasi dan lain-lain pun mulai dijalankan. Tak ayal, program
Neo-Liberal Perezpun menuai dampak krisis sosial-ekonomi baru. Gross
Domestic Product (GDP) Venezuela mengalami kontraksi sebesar 8,6 persen,
kemiskinan meningkat 66,5 persen dari tahun sebelumnya. Gejolak sosialpun tak
terhindarkan lagi. Tentu keadaan ini telah menjadi stimulus peningkatan
kesadaran politik rakyat venezuela. Disaat badai krisis melanda Venezuela,
letupan perlawanan yang berwujud dalam bentuk pemberontakan guna menggulingkan
pemerintahan Perez terjadi dibawah pimpinan Hugo Rafael Chavez Frias
melalui barisan Bolivarian Revolution bentukannya yang meskipun akhirnya
gagal. Namun, kejadian ini meningkatkan popularitas Chaves dimata rakyat
ibaratkan tokoh Simon Bolivar yang selama ini menjadi legenda populis
rakyat Venezuela. Terlebih lagi, logika pemberontakan yang terbangun dari
rakyat akibat kemiskinan dan krisis kesejahteraan semakin meluas. Bayangkan, di
negeri yang merupakan penghasil minyak ke-empat terbesar didunia menemui
kenyataan bahwa 70 % penduduknya berada dalam garis kemiskinan yang sangat
tajam membuat mata terbelalak seakan tak percaya. Kekayaan negara melalui
minyak sekan raib entah kemana.
B.
SEJARAH SOSIALISME DI VENEZUELA
a)
kerusuhan Caracazo (El Caracazo) , 1989
Merespon kebijakan pemerintah yang menaikkan tarif bus 30% dan harga BBM
naik 100%, amarah rakyat meluap menjadi satu kerusuhan. Presiden Carlos
Andres Perez memerintahkan polisi dan tentara untuk menembaki rakyat dengan
peluru tajam. Jumlah korban yang berjatuhan diprediksi mencapai 3.000 jiwa. Ini
adalah bab gelap dalam sejarah Venezuela dan menjadi awal dari Revolusi
Bolivarian.
b)
Kudeta Miliiter Chavez, 1992
Peristiwa Caracazo sungguh merobek-robek kesatuan di dalam angkatan
bersenjata. Para tentara yang diperintahkan untuk menembaki rakyat jelata mulai
mempertanyakan pemerintahan mereka. Inilah yang menjadi alasan dari kudeta
militer yang dilakukan oleh Chavez dan kawan-kawannya di dalam angkatan
bersenjata pada tahun 1992. Terinspirasi oleh Simon Bolivar, seorang
tokoh pembebasan yang memperjuangkan kemerdekaan Venezuela dari penjajahan
Spanyol dan menyatukan Amerika Latin, sebuah kelompok perwira junior yang
berpangkat Kapten membentuk Pergerakan Revolusioner Bolivarian 200, atau
MBR-200. Kelompok ini terdiri dari Felipe Acosta Carlos, Jesus
Urdaneta Hernandez, Rafael Baduel dan Hugo Chavez Frias. Mereka
berkomitmen membentuk gerakan revolusioner untuk membebaskan Venezuela dari
belenggu penindasan. Gerakan MBR-200 dimulai dalam bentuk kelompok diskusi,
namun kemudian mereka berinisiatif merancang sebuah kudeta.
Pada tanggal 27 November, MBR-200 meluncurkan pemberontakan militer mereka. Namun percobaan kudeta mereka mampu
dipatahkan. Pada saat percobaan kudeta militer tersebut, tidak ada dukungan dari
rakyat pekerja sama sekali. Rakyat pekerja tidak tahu apa yang sedang terjadi.
Mereka tidak dimobilisasi sama sekali. Karena mereka tidak tahu apakah kudeta
ini adalah progresif atau reaksioner, maka mereka pasif saja.
Ketika kudeta MBR-200 dipatahkan dan terungkap bahwa kudeta ini punya
maksud progresif, Hugo Chavez lalu dilihat sebagai simbol perjuangan oleh
rakyat miskin. Ia dianggap sebagai pahlawan anti korupsi karena berani melawan
pemerintahan yang korup.
Namun percobaan kudeta militer yang dilakukan oleh MBR-200 bukanlah jalan
terbaik untuk menjawab kegelisahan-kegelisahan massa rakyat. Kudeta militer
yang dilakukan Chavez lewat MBR-200 bukanlah sebuah langkah revolusioner. Hal
itu lebih cenderung kepada petualangan politik sekelompok perwira militer
daripada revolusi. Chavez mengakui kesalahannya ini dan menyadari bahwa
revolusi tidak ada artinya tanpa gerakan massa rakyat.
Absennya sebuah organisasi yang bisa menggalang aksi massa memang sering
menimbulkan petualangan-petualangan politik dan militer dari mereka yang jujur
ingin membebaskan rakyat. Dan karena keabsenan inilah maka Chavez terdorong ke
depan menjadi simbol perjuangan.
Menjelang pemilu tahun 1993 di Venezuela, para politisi menggunakan isu-isu
populis untuk meraih dukungan rakyat. Bahkan kudeta militer yang terjadi di
tahun 1992 menjadi isu yang diangkat ke permukaan untuk mendongkrak perolehan
suara. Pemilu 1993 mengantarkan Rafael Caldera meraih kursi kepresidenan. Ia
mendapat dukungan dari partai-partai kiri, sosial demokrat dan kelompok sayap
kanan-tengah.
c)
Mulai menghimpun gerakan massa rakyat
Sejak dibebaskan dari tahanan pada tahun 1995 , Chavez bersama MBR-200
mulai bergerak ke pelosok-pelosok negeri untuk menghimpun kekuatan rakyat
dengan membentuk komite-komite Bolivarian dan menyerukan pembentukan Majelis
Konstituante. Bersama gerakannya, Chavez melakukan program-program yang
tersusun secara sistematis untuk mengetahui harapan dan keinginan massa rakyat,
serta melakukan kerja-kerja nyata untuk mengubah kondisi massa rakyat pada
tahun 1995 - 1996.
Di tahun 1997, MBR-200 memutuskan untuk maju dalam Pemilu 1998.
Sebagai kendaraan politik di tahun yang sama mereka membentuk partai baru yang
dinamakan Pergerakan Republik Kelima (Movimiento V [Quinta] República, MVR).
Partai ini mengusung ideologi Bolivarianisme, sebuah ide populis pro-rakyat
miskin dengan figur Simon Bolivar, sang pembebas Amerika Latin. Dengan mengangkat
isu anti kemiskinan dan anti korupsi, Chavez mampu meraih 56% suara dan
memenangkan Pemilu 1998. Kemenangan ini disambut dengan suka cita oleh rakyat
miskin Venezuela.
d)
Kudeta April 2002
Pada 9 April 2002, CTV dan Fedecamaras menyerukan kepada para pendukungnya
untuk melakukan aksi mogok selama 2 hari. Fedecamaras menyerukan kepada kaum
borjuis untuk melakukan lockout. 11 April, ratusan ribu orang yang dimobilisasi
oleh kaum kapitalis Venezuela, bergerak menuju kantor pusat PDVSA di kota
Caracas dan aksi dilanjutkan menuju istana presiden di Milaflores. Ratusan ribu
peserta yang mengikuti aksi itu bertujuan untuk menggulingkan kekuasaan Chavez.
Terlihat jelas sekali komposisi dalam demonstrasi oposisi tersebut, mereka
semua memakai baju yang bagus-bagus dan berdandan rapi, gemuk dan sehat.
Sedangkan ratusan ribu massa rakyat pendukung Chavez yang juga berkumpul di
depan istana presiden berpakaian lusuh dan kotor.
Di sore hari, Chavez mengeluarkan himbauan agar seluruh massa aksi kembali
ke rumah dengan tenang. Namun ketika rekaman itu ingin disiarkan lewat
televisi, terjadi sabotase yang dilakukan oleh kelompok oposisi. Media-media
elektronik dikendalikan oleh kelompok oposisi. Mereka menyebarkan kebohongan-kebohongan
untuk menyerang dan menyudutkan posisi Chavez, serta membingungkan massa
rakyat. Terjadi sebuah kudeta media, dimana media kapitalis dimobilisasi untuk
menggulingkan pemerintahan Chavez.
Menjelang malam hari, istana Milaflores dikepung tentara anti-pemerintah
dengan bersenjatakan artileri berat. Mereka masuk ke istana dan meminta Chavez
untuk mundur dari jabatannya. Jika tidak, mereka mengancam akan mengebom
istana. Dan pada tanggal 12 April, dini hari, melalui media televisi, Jenderal
Lucas Rincon mengumumkan bahwa Chavez telah mengundurkan diri.
Pada tanggal 12 April, kelompok oposisi segera mengukuhkan Pedro Carmona
menjadi presiden Venezuela ad interim. Kemudian ia mengeluarkan dekrit untuk
membubarkan Majelis Nasional dan Mahkamah Agung, membatalkan konstitusi 1999.
Carmona juga membubarkan lembaga-lembaga negara lainnya, memecat semua
gubernur-gubernur dan walikota di negara bagian.
13 April, istana Milaflores telah dipenuhi oleh massa rakyat yang mendukung
Chavez. Mereka menuntut kembalinya Chavez. Berita perlawanan ini meyakinkan
para tentara bahwa Chavez masih didukung oleh rakyat. Sebelumnya mereka ragu
akan apa yang sedang terjadi. Tetapi setelah menyaksikan keteguhan hati dari
perlawanan rakyat, maka tentara pun dengan tegas mendukung Chavez.
Para tentara yang pro-Chavez segera mengambil alih istana Milaflores dari
kelompok oposisi. Kelompok oposisi yang sebelumnya berpesta pora dan mabuk
kekuasaan segera dibangunkan dari kemabukan mereka oleh amarah jutaan rakyat
dan bayonet tentara. Mereka segera ditahan. Pada malam hari tentara menjemput
Chavez dari lokasi penahanan ke istana Milaflores dengan menggunakan
helikopter. Jutaan rakyat bersorak sorai, dengan air mata kebahagiaan,
menyambut kembalinya Presiden mereka. Untuk pertama kalinya mereka membuat
sejarah, yakni menggagalkan kudeta yang sudah begitu sering terjadi di Amerika
Latin. Tidak bisa dilukiskan situasi yang begitu revolusioner di antara massa
rakyat pada saat itu.
Kaum borjuasi tidaklah segan-segan membubarkan semua institusi demokrasi
ketika mereka merebut kekuasaan. Namun Chavez justru setelah diselamatkan oleh
massa rakyat mengambil kebijakan yang lunak terhadap kaum oposisi dengan yidak
menindak tegas. peristiwa kudeta April 2002 ini menjadi satu momen yang menggoncang
kesadaran rakyat pekerja Venezuela dan membuat mereka percaya diri. Laju
Revolusi Venezuela semakin kuat. Massa semakin teradikalisasi, dan ini membuat Chavez
juga semakin radikal, hingga pada tahun 2005 dia dengan tegas menyatakan bahwa
tujuan Revolusi Bolivarian adalah sosialisme.
C.
KEBIJAKAN REVOLUSIONER VENNEZUELA
1.
Perubahan Konstitusi
Perubahan konstitusi yang lama, yang merupakan warisan dari pemerintahan
oligarki lama dan hanya menguntungkan kaum kapitalis dan pemilik tanah besar di
Venezuela. Dibutuhkan sebuah konstitusi yang perancangannya dan penyetujuannya
dilakukan oleh seluruh rakyat Venezuela, sebuah konstitusi yang berpihak pada
rakyat miskin.
Konstitusi baru atau lebih popular dengan nama Konstitusi 1999, terdiri 350
artikel dan menjadi konstitusi terpanjang di dunia. Banyak perubahan-perubahan
signifikan dalam konstitusi baru. Antara lain, perubahan nama negara, dari
"Republik Venezuela" menjadi “Republik Bolivarian Venezuela”. Selain
itu juga terdapat perubahan struktur negara, dan salah satunya adalah bahwa
presiden dapat direcall (diberhentikan) melalui referendum, satu pasal yang
benar-benar demokratis. Kalau rakyat sudah tidak puas dengan kinerja presiden,
mereka tidak perlu menunggu sampai masa jabatan sang presiden berakhir. Presiden
tersebut dapat langsung diberhentikan oleh rakyat sendiri melalui referendum
popular. Dan ini bukan hanya sebatas formalitas.
2.
Program Nasionalisasi migas.
program nasionalisasi migas di negara tersebut yang hasilnya
didistribusikan kepada rakyat melalui program subsidi kesehatan, pendidikan dan
harga minyak serta bensin murah untuk rakyatnya. Ini adalah bentuk perombakan
total dari ekonomi kapitalis menjadi ekonomi sosialis. Dengan adanya
nasionalisasi atas banyak perusahaan asing, pemerintah mampu mengontrol
jalannya perusahaan sehingga keuntungan maksimal dapat dimiliki negara.
3.
Membentuk Kebudayaan dan Kekuatan
Militer.
membangun budaya dan kekuatan tentara rakyat dalam guna menggalang kekuatan
militer yang kokoh dan siap bertempur bila ada ancaman dari pihak pro kapitalis
yang sewaktu-waktu dapat menggulingkan kekuasaannya dalam pemerintahan
4.
pemerintah Venezuela untuk tidak
memperpanjang izin RCTV menjadi gambaran keseriusan pemerintahan Chavez dalam
memblokade pengaruh kapitalis melalui media massa
D.
FAKTOR MUNCULNYA SOSIALISME DI VENEZUELA
a.
kapitalisme bukanlah solusi bagi negara
mereka yang sedang berkembang. Mereka membutuhkan sebuah ideologi yang mampu
membangkitkan semangat juang rakyatnya melawan penindasan. Venezuela melalui
presidennya Hugo Chaves melakukan nasionalisasi terhadap kilang-kilang minyak
dan sumur minyak Venezuela, dia beranggapan melalui sosialisme negaranya akan
kuat
b.
kapitalisme yang dilakukan secara brutal
sehingga menciptakan kemiskinan dan kesengsaraan.
c.
Sosialisme adalah solusi untuk
merevolusi kapitalisme yang buas.
E.
MANFAAT MUNCULNYA SOSIALISME DI
VENEZUELA
1.
Pertumbuhan ekonomi Venezuela cenderung stabil dengan
memiliki cadangan devisa 40 milyar dollar untuk negara sekelas Venezuela. Dengan tidak bekerja
sama dengan negara-negara kapitalis semisal Amerika Serikat dan sekutunya.
Sebagai solusi, Venezuela menjalin kerja sama dengan Negara-negara sekutunya,
seperti Iran, Cina, dan Belarusia serta aktif berdiskusi dengan pemimpin Kuba
Fidel Castro guna menciptakan sebuah sistem keuangan sendiri. Kini,
2.
Meningkatnya lapangan kerja dan
pendapatan yang perkapita. Perusahaan swasta dapat untung juga karena saat
konsumsi meningkat (faktor yang sangat bergantung pada pendapatan per kapita),
permintaan akan barang dan jasa juga meningkat. Akhirnya produksi terdongkrak.
3.
meningkatnya anggaran dana
sosial sangat membantu masyarakat miskin. Politik sosial seperti ini memberi
warna khusus bagi Chávez, karena mayoritas orang miskin di banyak negara maju
sekalipun tak disentuh kebijakan ekonomi pemerintah
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Marxisme atau sosialisme mulai berkembang di
Venezuela kala Presien Hugo Chavez memimpin negeri yang beribukota di Caracas
ini pada tahun 1998 pasca memenangkan pemilihan umum dengan 56% suara. Hugo
Chavez sendiri adalah sosok yang sangat mengidolakan Simón BolÃvar, juga banyak
dipengaruhi oleh Juan Velasco Alvarado, presiden Peru, dan berbagai macam
pemimpin komunis dan sosialis, termasuk Fidel Castro dan juga sangat mencintai sosialissme
itu sendiri.
Hal itu pula yang menggerakkan Chavez sangat
vokal menentang pemerintah dan membentuk Gerakan Republik Kelima(Movement of
the Fifth Republic), sebuah organisasi kiri yang mempromosikan bentuk sendiri
sosialisme demokratis, yang ia sebut "Sosialisme Abad 21". Sebelumnya
Hugo Chavez pernah memimpin 5000 tentara untuk melakukan kudeta berdarah pada 4
Februari 1992 atas Presiden Carlos Andres Perez
walau kemudian kudeta itu gagal dan Chavez sendiri dipenjarakan. Gerakan
Republik Kelima(Movement of the Fifth Republic) ini dibentuk pada September
1992 setelah kudeta kedua Chavez pada Presiden Carlos Andres Perez juga
berujung kegagalan dan pemenjaraan atas dirinya. Gerakan ini adalah bentuk
transisi Chavez dari militer menjadi politikus. Sebagai pimpinan Revolusi
BolÃvar, Chávez mempromotori visi demokrasi sosialis, integrasi Amerika Latin,
dan anti-imperialisme. Revolusi BolÃvar
merupakan implementasi dari platform Bolivarianisme semasa kampanye-nya
yang pada intinya anti-imperialisme, kedaulatan Venezuela, sebuah demokrasi
kerakyatan yang melibatkan partisipasi massa dalam pemerintahan, membangun
ekonomi swasembada dan nasionalisme yang kuat, distribusi minyak secara merata
ke seluruh warga dan memerangi kleptokrasi korup yang telah mendominasi
Venezuela.
DAFTAR PUSTAKA
Will
Kymlica, (2011). Filsafat Politik Kontemporer. Jogjakarta:Pustaka
pelajar
Lorens
Bagus, Edisi 1., November 1996, Kamus Filsafat, Jakarta:Gramedia(Online)
Herdiansyah,Semangat
Sosialisme Di Amerika Latin, 12 april 2008(Online)https://herdiansyah.wordpress.com (Diakses
9 Desember 2014)
Anggota PRP
Komite Kota Persiapan Samarinda, Gerak menuju Sosialisme di venezuela(Online)http://www.militanindonesia.org(Diakses 9 Desember 2014)
Berg, Marijke van den,”Sosialismenya
Venezuela Jauh Lebih Bagus”,Kompas, 12 April 2008(online)http://www.kompas.com/read/xml/2008/04/21/05225689/sosialismenya.venezuela.jauh.lebih.bagus (diakses
12 desember 2014)
yuk main sabung ayam
ReplyDeleteyuk main agen sabung ayam
yuk main judi sabung ayam online
yuk main bolavita
yuk main asianbookie
BANDAR Taruhan Online Terpercaya BOLAVITA
1. agenpialadunia2018-blog.logdown.com