Review Film Tanda Tanya (?) masih pentingkah kita berbeda? - Ukhy Knowledge

Wednesday, 20 May 2015

Review Film Tanda Tanya (?) masih pentingkah kita berbeda?


Tanda Tanya (?) adalah sebuah film Indonesia yang secara umum menceritakan tentang struktur masyarakat majemuk yang ada di Indonesia secara horizontal maupun vertikal. Secara khusus film ini  mengangkat tema keberagamaan etnis dan agama di Indonesia yang memilki potensi konflik atau rawan menimbulkan konflik. Film ini disutradarai oleh Hanung Bramantyo yang dirilis sekitar bulan april 2011. Film ini berlatarkan tiga kelompok masyarakat yang tinggal didalam satu daerah yaitu keluarga etnis Tiongkok, Keluarga Muslim, dan Orang Katholik.
Ada beberapa bintang utama dalam film ini yaitu Revalina S. Temat sebagai Menuk bersama Reza Rahadian sebagai Soleh. Yang berperan sebagai suami dan istri yang menceritakan  kehidupan keluarga muslim yang taat beragama. Menuk yang bekerja di sebuah restoran untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan Soleh yang belum mendapatkan pekerjaan. Kemudian Hengky Sulaiman sebagai Tan Kat Sun, Rio Dewanto sebagai anak dari Tan Kat Sun yaitu Hendra. Keluarga Tan Kat Sun berasal dari keturunan Tiongkok yang beragama Kong Hu Chu yang berperan sebagai pemilik restoran Tiongkok dengan menu babi dan non-babinya yang toleran dan sangat memperhatikan masalah halal-haram bahkan memisahkan alat memasaknya.
Kemudian, sahabat Menuk, Rika yang diperankan oleh Endhita. Rika berperan sebagai seorang istri yang cerai dengan suaminya. Selain itu, dia juga telah mengambil suatu keputusan yang sangat berat dalam hidupnya yaitu pilihannya untuk pindah Agama katholik. Belum lagi anaknya Abi yang diperankan oleh M Ibrahim yang belum bisa menerima atas keputusan yang diambil oleh ibunya. Disamping ada seorang sosok lelaki yang datang dalam kehidupannya yaitu Surya yang diperankan oleh Agus Kuncoro. Surya adalah seorang lelaki yang memiliki masalah dalam ekonomi, meskipun dia adalah seorang selebriti yang kurang terkenal yang sering memiliki peran sebagai preman ataupun figuran, tapi dia selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik. Hingga suatu saat sesuai saran dari Rika akhirnya dia menerima peran sebagai Yesus meski ia memeluk agama Islam.
Selain itu ada juga  Glenn Fredly sebagai Donny, seorang Katholik yang konservatif dan berusaha mendekati Rika. Sementara itu Deddy Soetomo memerankan Romo Djiwo dan David Chalik memerankan Ustadz Wahyu yang selalu menjadi penengah dan penetralisir keadaan.
Masyarakat majemuk ( plural societies ), yaitu suatu masyarakat yang terdiri atas dua atau lebih elemen yang hidup sendiri-sendiri tanpa ada pembaruan satu sama lain yang ditandai oleh adanya kesatuan sosial berdasarkan atas perbedaan suku bangsa, agama, adat-istiadat, serta kedaerahan (Nasikun, 1998:29). Seperti yang dilatarkan film ini ada tiga kesatuan sosial yang tinggal dalam satu lingkungan sosial yang sama. Yaitu, keluarga etnis Tiongkok, Keluarga Muslim, dan Orang Katholik yang hidup bersama dalam suatu lingkungan sosial di sebuah pasar yang bernama Soleh.
Film ini juga mencerminkan betapa masyarakat majemuk memiliki potensi konflik yang sangat kuat. Seperti “konflik sosial, yaitu konflik yang disebabkan oleh adanya perbedaan kepentingan sosial dari pihak yang berkonflik” (Ranjabar, 2013:204). Seperti Bentrok yang sering terjadi antar suku maupun agama, yang dimulai dari hal yang sepeleh hingga berujung perkelahian bahkan kematian. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ranjabar (2013:204) tentang masyarakat majemuk sangat rawan dengan konflik yaitu sebagai berikut:
“Dalam masyarakat Indonesia yang majemuk, terjadinya konflik dalam hubungan atau interaksiadalah mungkin, karena segmentasi dalam bentuk terjadinya kesatuan-kesatuan sosial yang terkait ke dalam ikatan-ikatan primordial dengan subkebudayaan yang berbeda satu sama lain sehingga mudah sekali menimbulkan konflik antara kesatuan-kesatuan sosial tersebut.”
            Dalam mengatasi konflik yang terjadi karena kemajemukan masyarakat, film ini mengungkapkan bahwa kemampuan semua pihak yang berkonflik untuk saling menyesuaikan diri dengan kepentingan dan nilai pihak lain (Ranjabar, 2013:204). Hal ini dibuktikan toleransi dan kasih sayang satu sama lain antar umat bergama maupun kelompok yang pada akhirnya mempersatukan segalanya.
            Selain mecerminkan konflik yang disebabkan struktur masyarakat majemuk, film ini juga tetap menjaga keseimbangandengan meperlihatkan  betapa indahnya perdamaian dalam suatu keberagaman masyarakat. seperti Keluarga Tan Kat Sun yang pada akhirnya menjadi lebih rukun. Soleh sudah mendapatakan sebuah pekerjaan yang ia cita-citakan. Dan surya yang juga telah mendapatkan pekerjaan yang lebih memadai walapun menjadi seorang aktor dengan peran sebagai Yesus meski ia beragama Islam. Hal ini juga menandakan bahwa film ini juga memperlihatkan betapa indahnya perdamaian dalam suatu keberagaman masyarakat.
Setiap manusia memiliki kekurangan dan kelebihan. Sebagai makhluk sosial kita seharusnya untuk saling melengkapi satu sama lain. Dalam satu keberagaman bukan konflik yang diharapkan melainkan bagaimana antara satu sama lain saling melengkapi kekurangan-kekuragan itu dengan kelebihan yang dimiliki. Seperti yang di angkat dalam film ini bahwa antara satu sama lain harus saling melindungi. Antara satu sama lain juga saling mengetahui kelemahan masing-masing maka dari itu harus saling menutupi. Dan juga saling memperindah dan saling memperkuat gaya tarik satu sama lain.
Film ini juga menjelaskan bahwa manusia tidak hidup sendirian di dunia ini. Namun manusia dalam kehidupannya harus berjalan sendiri. Manusia terkadang dipandang sebagai makhluk individual dan terkadang juga dipandang sebagai makhluk sosial. Walgito (2013:25) mengatakan bahwa “manusia sebagai makhluk individual, yang mempunyai hubungan dengan dirinya sendiri, adanya dorongan untuk mengabdi pada dirinya sendiri. Manusia sebagai makhluk sosial, adanya dorongan pada manusia untuk mengabdi pada masyarakat dan sekitarnya”.
Dan yang terakhir film ini juga menyimpulkan bahwa dalam kehidupan ini harus ada toleransi terhadap satu sama lain. Dalam keberagaman masyarakat harus ada rasa saling merhomati satu sama lain. Terkadang manusia di pandang sebagai makhluk individual dan juga kadang dipandang sebagai makhluk sosial. Disamping manusia menjalankan kepentingan diri sendirinya, manusia juga dituntut untuk saling bertoleransi dengan manusia lainnya dan sekitarnya. Antar manusia satu dan yang lainnya ada hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Seperti yang ada di film ini, yang menceritakan bagaimana dampak manusia didalam suatu struktur masyarakat majemuk tidak bertoleransi dengan manusia lainnya dan apa manfaat apabila manusia bertoleransi antara satu sama lain. Dengan menimbulkan rasa kesatuan dalam suatu keberagaman telah membuktikan sebuah kehidupan yang indah, sesuai dengan semboyan negara Indonesia Bhineka Tunggal Ika.
Dalam menjalani alur kehidupan ini masing-masing tiap manusia menjalaninya sendiri. Berjalan, berlari, dan sesekali berhenti.  Namun dalam menjalani alur ini kita dituntut untuk memikirkan manusia disekitar kita, karena semua alur itu menuju kearah yang sama, mencari hal yang sama, dengan satu tujuan yang sama.Hingga semakin dekat ke tujuan, manusia semakin menyadari bahwa di sepanjang jalan  yang sudah dilewati ia tak kan pernah benar-benar sendiri. Manusia selalu bersama apa yang ia cari, bersama tujuannya.



DAFTAR PUSTAKA

Nasikun. 1984. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: PT Grafiti Pers
Ranjabar, Jancobus. 2013. Sistem Sosial Budaya Indonesia. Bandung : Penerbit Alfabeta

Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Penerbit ANDI OFFSET

No comments: